Letjen TNI Purn Sutiyoso (foto: dok ist)
LETJEN TNI (Purn) Sutiyoso, kerap diterjunkan dalam setiap misi berbahaya. Sejak bergabung di Kopassus, berbagai tugas operasi telah dijalaninya. Di antaranya, operasi penumpasan Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Termasuk operasi klandestein di Timor Timur (Timtim).
Bahkan, saat pertama kali diterima menjadi perwira pasukan Para Komando, lulusan Akademi Militer (Akmil) 1968 yang ketika itu baru berpangkat Letnan Dua (Letda), mendapat tugas BKO ke Yonif 323 Banjar Patronan. Sutiyoso langsung di terjunkan dalam operasi penumpasan pemberontak Pasukan Gerilya Rakyat Serawak (PGRS)/Pasukan Rakyat Kalimantan Utara (Paraku) di pedalaman belantara hutan Kalimantan, sebagai Komandan Pleton (Danton) combat intelligence atau intelijen tempur.
PGRS/Paraku merupakan kelompok bersenjata yang pada awalnya dibina dan dilatih TNI saat konfrontasi dengan Malaysia pada masa kepemimpinan Presiden Soekarno. Namun, perubahan kepemimpinan nasional dan membaiknya hubungan Indonesia-Malaysia membuat konfrontasi kedua negara tersebut berakhir. Namun tidak dengan PGRS/Paraku, kelompok yang berafiliasi dengan komunis ini masih tetap mengangkat senjata dan melakukan perlawanan. Hal ini membuat TNI terpaksa meredam perlawanan kelompok bersenjata ini dengan mengerahkan Kopassus.
Dikutip dalam buku biografinya berjudul “Sutiyoso The Field General, Totalitas Prajurit Para Komando” mantan Pangdam Jaya ini menceritakan, saat itu dirinya berangkat dengan kapal laut menuju Pontianak, Kalimantan Barat. Dari Pontianak, Sutiyoso melanjutkan perjalanan ke daerah pedalaman perbatasan Kalimantan Barat dan Serawak Malaysia. Tidak hanya itu, mantan Gubernur DKI Jakarta ini juga harus menyusuri Sungai Kapuas.