TEMPO.CO, Jakarta – Wakil Presiden Amerika Serikat, Kamala Harris, yang bakal dilantik sebagai kandidat presiden dari Partai Demokrat setelah mundurnya Joe Biden, memulai kampanye untuk pertarungan Pilpres AS 2024.
Meski telah melangsungkan kampanye, perjalanan Harris sebagai calon presiden AS masih berliku. Para elit partai demokrat sempat meragukan kemampuannya.
Keraguan dari Elit Demokrat
Meskipun Harris mendapatkan banyak dukungan dari partai Demokrat, masih ada keraguan dari beberapa elit partai. Beberapa mempertanyakan apakah Harris dapat memenangkan pemilihan presiden melawan Donald Trump.
Dukungan dari Biden memang membantu memperkuat posisinya, tetapi ada kekhawatiran bahwa para pemilih mungkin tidak menerima perubahan kandidat ini dengan baik. Saat ini, menurut ABC News, Harris belum menjadi calon resmi dari Partai Demokrat.
Biden memang telah mendukungnya dan sebagian besar delegasi Demokrat telah berjanji untuk mendukungnya, tetapi hingga delegasi tersebut secara resmi memilihnya sebagai calon, Harris masih dianggap sebagai kandidat. Proses ini dijadwalkan akan diselesaikan pada Konvensi Nasional Demokrat di Chicago pada bulan Agustus mendatang.
Kehadiran Biden sebagai presiden sebelumnya dan dukungannya terhadap Kamala Harris memang memberi keuntungan, tetapi beberapa tokoh politik merasa bahwa langkah ini adalah upaya partai untuk mengamankan posisi di tengah tekanan yang semakin besar agar Joe Biden mundur.
Beberapa ahli hukum pemilu seperti Rick Hasen dari University of California, Los Angeles, dan Derek Muller dari University of Notre Dame, menilai tidak ada masalah hukum signifikan yang dapat menghalangi proses ini, kecuali mungkin terkait transfer dana kampanye dari Biden ke Harris.
Meskipun demikian, peraturan Komisi Pemilihan Federal yang lambat membuat dampak hukum ini kemungkinan besar tidak akan mempengaruhi pemilu pada tahap ini.
Kampanye Pertama Kamala Harris
Dalam sebuah rapat umum di luar Milwaukee, Winconsin pada hari Selasa, 23 Juli 2024, Harris disambut hangat oleh para pendukungnya dengan merchandise kampanye yang dibuat secara dadakan. Acara ini diadakan di gymnasium sekolah menengah di West Allis, pinggiran kota Milwaukee, yang menjadi tempat pertama kampanye Harris setelah pengunduran diri Biden.
Iklan
Dilansir dari 19th News, Wisconsin adalah negara bagian medan pertempuran yang penting, tempat Donald Trump berhasil memenangkan pada 2016 dan Biden merebut kembali pada 2020. Harris telah berkunjung ke Wisconsin sebanyak lima kali tahun ini.
“Jalan menuju Gedung Putih melewati Wisconsin,” kata Harris dalam pidatonya. “Untuk menang di Wisconsin, kami mengandalkan kalian di Milwaukee. Kalian membantu kami menang pada 2020, dan pada 2024, kami akan menang lagi.”
Dukungan untuk Harris di Wisconsin sangat terlihat dari banyaknya orang yang hadir di acara tersebut. Lebih dari 3.000 orang datang, menjadikannya acara terbesar yang diadakan oleh kampanye Biden, yang sekarang menjadi kampanye Harris.
Banyak peserta yang mengenakan merchandise dari kampanye presiden Harris pada 2020 atau kampanye Hillary Clinton pada 2016, menunjukkan dukungan mereka yang berkelanjutan terhadap calon presiden perempuan.
Dalam kampanyenya, Harris tidak menghindar untuk menyerang Trump secara langsung. Dia menghubungkan masalah hukum Trump dengan pengalamannya sebagai jaksa.
“Saya menghadapi para pelaku kejahatan dari berbagai jenis, predator, yang menyalahgunakan wanita, penipu yang merugikan konsumen, penipu yang melanggar aturan untuk keuntungan mereka sendiri,” katanya, dikutip dari NPR.
“Jadi dengarkan saya ketika saya mengatakan, saya tahu tipe Donald Trump.”
Kamala Harris juga mencatat keberhasilan kampanye penggalangan dana mereka, yang berhasil mengumpulkan $81 juta dalam 24 jam pertama. Dukungan yang cepat dan luas dari para delegasi menunjukkan bahwa Harris dan kampanyenya merasa cukup percaya diri sejauh ini.
Pilihan editor: Lisa Simpson Role Model Kamala Harris? Ihwal Presiden Wanita Pertama AS Hingga Outfit yang Mirip