TEMPO.CO, Jakarta – Senjata yang digunakan dalam serangan udara Rafah tiga hari yang lalu berasal dari Amerika Serikat, laporan CNN mengungkapkan. Pengungkapan ini membuat pemerintah AS menjadi tersangka utama dalam memfasilitasi kejahatan perang tersebut, terutama karena para pejabat AS menolak untuk mengutuk tindakan tersebut.
Menurut CNN, analisis video dari tempat kejadian dan tinjauan oleh para ahli senjata peledak telah menentukan bahwa asal senjata yang digunakan oleh pasukan pendudukan Israel sebenarnya adalah Amerika Serikat.
Ini bukan pertama kalinya senjata yang dipasok AS digunakan untuk melakukan tindakan genosida terhadap penduduk Palestina dan menargetkan organisasi-organisasi yang dilindungi secara internasional, karena Washington adalah pemasok utama bahan peledak, bom, rudal, dan berbagai jenis amunisi untuk militer Israel.
AS juga telah memasok rezim Israel dengan 328 pesawat tempur, yang telah digunakan untuk melakukan sebagian besar kejahatan perang dan pelanggaran hukum internasional di Palestina, Lebanon, dan Suriah dalam delapan bulan terakhir.
Di Rafah, serangan yang terdiri dari dua bom berpeluru kendali itu akhirnya menyebabkan kebakaran yang menewaskan sedikitnya 45 orang dan melukai 200 orang lainnya, yang sebagian besar di antaranya adalah perempuan dan anak-anak.
Terlebih lagi, serangan tersebut terjadi setelah Mahkamah Internasional (ICJ) memerintahkan rezim Israel untuk menghentikan serangan militernya terhadap kota tersebut.
CNN mengatakan bahwa video geolokasi mengungkapkan bahwa tenda-tenda yang terbakar adalah Kamp Perdamaian Kuwait 1, yang didirikan untuk orang-orang Palestina yang mengungsi secara paksa selama perang di Gaza.
Bom apakah yang digunakan oleh Israel?
Iklan
Dari sebuah video yang dibagikan di media sosial, disebutkan juga bahwa dapat dideteksi ekor bom berdiameter kecil (SDB) GBU-39 buatan dan dipasok oleh Amerika Serikat, yang memiliki hulu ledak yang terdiri dari sekitar 17 kg bahan peledak ATX 757. Bahan peledak ini 1,65 kali lebih kuat daripada TNT, dan diperkirakan setidaknya dua GBU-39 diluncurkan di perkemahan. Asumsi terakhir didasarkan pada pernyataan juru bicara pasukan pendudukan Israel, Laksamana Muda David Hagari, yang mengatakan bahwa Angkatan Udara menggunakan dua bom kecil dengan hulu ledak seberat 17 kg.
GBU-39 dimaksudkan untuk digunakan dalam serangan yang sangat presisi untuk target titik penting. Bom ini biasanya digunakan untuk menargetkan kendaraan dan pesawat kelas militer, karena hulu ledak yang sangat eksplosif dan kemampuannya untuk menghancurkan bunker. Ini artinya bom ini kemungkinan besar akan menyebabkan korban di daerah padat penduduk.
Pakar senjata Chris Cobb-Smith mengkonfirmasi hal ini kepada CNN, dengan mengatakan bahwa “menggunakan amunisi apa pun, bahkan dengan ukuran sebesar ini, akan selalu menimbulkan risiko di daerah padat penduduk.”
Meskipun beberapa ahli senjata mengidentifikasi senjata tersebut sebagai bom GBU-39 dan nomor seri pada sisa-sisa bom di TKP sesuai dengan klaim tersebut, Departemen Pertahanan Amerika Serikat mengatakan bahwa mereka tidak dapat mengonfirmasi asal-usul atau jenis amunisi yang digunakan dalam serangan tersebut.
“Dalam hal serangan khusus ini, saya tidak memiliki informasi lebih lanjut untuk Anda,” kata juru bicara Pentagon Sabrina Singh kepada para wartawan.
AL MAYADEEN
Pilihan Editor: Israel Bantah telah Membakar Perkemahan Rafah, Ini Faktanya
