Cerita Saksi Hidup Gempa dan Tsunami Banyuwangi 1994, Terseret Arus hingga Panjat Pohon

  • Share

JAKARTA, iNews.id – Sejarah gempa dan tsunami harus menjadi pelajaran penting bagi kesiapsiagaan masyarakat. Pasalnya, gempa dan tsunami pernah melanda wilayah Indonesia tak hanya sekali.

Dalam menyiapkan mitigasi gempa dan tsunami, Direktorat Kesiapsiagaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengadakan kegiatan Refleksi Gempa Tsunami 1994 Kabupaten Banyuwangi, di Kantor Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.

Menghadirkan saksi hidup masyarakat yang saat terjadi gempa dan tsunami pada 2 Juni tahun 1994 berhasil selamat. Baik itu dari guncangan gempa dengan kekuatan 7.8 skala richter ataupun selamat menghadapi terjangan gelombang tsunami yang diperkirakan setinggi 13 meter tersebut.

Salah satu warga yang selamat, Susilowati mengatakan saat kejadian dirinya berumur 11 tahun atau setara kelas 5 sekolah dasar. Dia saat itu bersama kakek dan nenek berada di rumahnya, yang terletak di Pulau Merah, jarak rumah tidak terlalu dekat dengan pantai. Setelah terjadi gempa pada dini hari, dirinya langsung tidur karena tidak mengetahui akan datangnya tsunami.

Ketika tsunami tiba, dirinya bersama kakek dan nenek sempat berlari ke luar dan memanjat pohon Sirsak. Rumah pun roboh dihantam gelombang. 

“Sekitar 15 menit kemudian air mulai surut dan warga lainnya datang bersama-sama mengungsi ke Balai Desa,” ujar Susilowati dalam keterangan yang diterima, Kamis (29/8/2024).

Cerita berbeda disampaikan oleh Yeni. Saat tsunami masih berusia 11 tahun dan tinggal bersama paman dan tantenya. Pada terjangan tsunami waktu itu, dia diselamatkan oleh pamannya yang saat itu belum tidur. 

Yeni selamat karena berpegangan pada material rumah yang saat itu ikut hanyut, kemudian ketika mengikuti arus, dirinya tersangkut sehingga dapat bertahan hingga air surut.

Editor : Faieq Hidayat

Source link

  • Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *