TEMPO.CO, Jakarta – BMKG mengabarkan bahwa hujan lebat masih terjadi pada Minggu malam, 12 Mei 2024, di lokasi bencana banjir bandang, banjir lahar, dan longsor di Sumatera Barat. Bencana yang terjadi pada Sabtu menjelang tengah malam hingga Minggu dinihari itu menelan sedikitnya 37 korban jiwa per pendataan Minggu sore.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, dalam konferensi pers daring pada Minggu malam, menjelaskan kalau wilayah Sumatera Barat masih berpotensi diguyur hujan intensitas sedang hingga lebat hingga Senin ini, 13 Mei 2024. Potensi cuaca itu buah pengaruh sirkulasi siklonik di Samudera Hindia.
Baru pada Selasa, 14 Mei 2024, BMKG memprediksi potensi hujan melemah menjadi intensitas ringan. Namun, bakal meningkat kembali periode 15-17 Mei di luar pengaruh sirkulasi siklonik tersebut.
“Artinya, waspada banjir lahar hujan, banjir bandang atau galodo, juga longsor masih akan berlangsung paling tidak sampai 20 Mei atau sepekan ke depan,” kata Dwikorita.
Data Hujan BMKG Sebelum Bencana Sumbar
Dalam kesempatan itu, Dwikorita mengungkap data BMKG yang merekam intensitas hujan menjelang bencana di Sumatera Barat, Sabtu malam lalu. Dia merinci bencana itu banjir bandang di Lembah Anai, Tanah Datar, dan lahar hujan di Malalak, Agam, serta longsor di Padang dan Padang Panjang.
Penjelasan Dwikorita dimulai dari deteksi BMKG atas sirkulasi siklonik di perairan Samudera Hindia sebelah barat Aceh dan Sumatera Utara pada 8 Mei. Sirkulasi siklonik itu menyebabkan belokan angin atau konvergensi (yang bisa memacu pertumbuhan awan hujan) di wilayah Sumatera Barat.
“Sehingga kami segera mengeluarkan peringatan dini cuaca pada 9 Mei, berlaku untuk 10-12 Mei, berisi prospek hujan intensitas sedang-lebat di wilayah Sumatera Barat,” tutur Dwikorita.
Potensi terbukti dengan sejumlah stasiun meteorologi yang mencatat kejadian hujan sedang-lebat pada 9 Mei siang-sore, 10 Mei siang-sore, dan 11 Mei siang-malam. Hujan pada Sabtu, 11 Mei, tepatnya mulai terjadi pukul 15 sampai 4 pagi hari berikutnya.
Catatan intensitas hujan di wilayah Agam, Tanah Datar, dan Padang Panjang sepanjang hari itu didata BMKG hingga 74,9 mm per hari atau kategori hujan lebat. Catatan dari luar tiga wilayah itu menunjukkan hujan bahkan mencapai 138,5 mm per hari atau sangat lebat mendekati ekstrem.
Gempa Ikut Sebabkan Bencana Sumbar
Iklan
Meski begitu Dwikorita menyatakan hasil analisis BMKG bahwa penyebab bencana di Sumatera Barat kali ini tidak tunggal material lahar erupsi Gunung Marapi saja ataupun cuaca hujan lebat saja. Dia menyebut ada faktor lain, yaitu getaran gempa.
Gempa yang dimaksud adalah gempa kerak dangkal-sesar aktif di Sumatera Barat. Selama periode April-Mei 2024 terekam aktivitas sebanyak lebih dari 35 kali gempa tersebut.
“BMKG mendeteksi selama sebulan terakhir terjadi gempa-gempa kecil dengan Magnitudo sekitar 3 yang cukup mampu meretakkan batuan ataupun menyebabkan runtuhan batuan di banyak tempat.”
Dugaannya, runtuhan batuan itu menyumbat aliran sungai di hulu Marapi. Juga retakan batuan lebih mudah menjadi longsor setelah guyuran hujan sedang-lebat berhari-hari.
Sebaran Dampak Banjir Lahar Marapi
Konferensi pers juga menghadirkan Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi, Hendra Gunawan. Dia mengungkap sebaran material bekas erupsi Gunung Marapi ada di segala arah dari kawah gunung api itu.
Adapun yang terdampak banjir lahar pada Sabtu malam disebutnya tersebar sebagian besar di arah utara dan selatan, dan sebagian di barat kawah. “Yang ke timur hampir tidak ada yang dilaporkan,” kata Hendra.
Menurutnya, sebaran material erupsi yang ada di segala arah membuat pengawasan sekaligus terhadap lebih dari 20 jalur banjir lahar Marapi yang ada sulit dilakukan. “Lebih baik kalau ada informasi hujannya sebelah mana dari BMKG sehingga kami bisa antisipasi perkiraan arahnya. Jadi ada early warning dulu dari BMKG,” katanya.
Pilihan Editor: Sudah Resmi, Tampilan Terbaru WhatsApp dengan Palet Warna dan Bar Navigasi yang Diklaim Lebih Segar dan Nyaman