JAKARTA, iNews.id – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan analisis terkait bencana banjir bandang yang melanda Kelurahan Rua, Kecamatan Pulau Ternate, Ternate, Maluku Utara. Akibat bencana ini, sebanyak 18 orang meninggal dunia dan 250 warga mengungsi.
“Jadi kejadian musibah ini yang kami menyebutnya ini sebagai banjir bandang karena flash, banjirnya seketika dan langsung hilang tapi yang singkat ini membawa batu-batuan bongkah-bongkah yang besar-besar dan kecepatannya tinggi,” kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati lewat akun media sosial resmi BMKG, Jumat (30/8/2024).
Baca Juga
Pencarian Terkendala Hujan, 1 Korban Hilang Banjir Bandang di Ternate Belum Ditemukan
Dwikorita mengungkapkan, bencana ini dipicu oleh beberapa faktor, salah satunya cuaca. Bahkan, BMKG telah mendeteksi fenomena yang memicu terjadinya hujan sangat lebat menuju ekstrem tiga hari sebelum kejadian.
Baca Juga
BNPB Sebut Masyarakat Terdampak Banjir Bandang di Ternate Tak Mau Direlokasi
“Nah kenapa bisa demikian? Kami menganggap ini sebetulnya yang pertama tentunya peran cuaca itu penting sehingga di situlah peringatan dini disampaikan yaitu sesuai dengan apa yang kami prakirakan beberapa saat sebelum kejadian 3 hari ya, sekitar 3 hari pun kejadian. Kami telah mendeteksi adanya beberapa fenomena yang memicu terjadinya hujan sangat lebat ya menuju ekstrim,” kata Dwikorita.
Dwikorita mengatakan faktor pertama yang mempengaruhi di antaranya Gelombang Kelvin, Rossby Ekuatorial dan Madden Jullian Oscillation.
Baca Juga
Update Banjir Bandang Ternate, BNPB: 18 Orang Tewas, 1 Hilang dan 150 Jiwa Mengungsi
“Gelombang di atmosfer ini yang memacu terbentuknya awan-awan hujan dan yang kedua juga terjadi ini Medan Julian Oscillation atau MJO, bahasa mudahnya adalah kumpulan atau gerombolan awan-awan hujan yang melewati, melintasi area di sekitar wilayah Maluku Utara ini,” jelas Dwikorita.
“Kumpulan awan-awan itu berasal dari Samudera Hindia yang bergerak di sepanjang khatulistiwa. Jadi dari sebelah Barat wilayah kepulauan Indonesia start-nya atau mulai pergerakan ini kurang lebih di sebelah timur Afrika bergerak dan masuk ke wilayah Indonesia, pertama di Indonesia bagian barat tengah dan akhirnya ke timur sampai ke areanya di Ternate utara,” tambahnya.
Editor : Rizky Agustian