HARI Raya Kuningan adalah salah satu perayaan keagamaan yang sangat penting bagi umat Hindu di Bali, yang dirayakan setiap 210 hari sekali, tepatnya pada hari Sabtu Kliwon Kuningan menurut penanggalan Bali.
Hari ini merupakan kelanjutan dari perayaan Galungan, yang jatuh 10 hari sebelumnya, dan menandakan berakhirnya rangkaian Galungan.
Pada Hari Raya Kuningan, umat Hindu mempercayai bahwa roh-roh leluhur dan para dewa turun ke bumi untuk memberikan berkah dan perlindungan bagi keluarga yang masih hidup.
Baca juga : Bali Siap Antisipasi Inflasi Jelang Galungan dan Kuningan
Dalam pandangan umat Hindu Bali, Kuningan bukan hanya sekadar ritual penghormatan kepada roh leluhur, melainkan juga sebuah momen untuk mendekatkan diri kepada Tuhan (Sang Hyang Widhi Wasa) serta menjaga keseimbangan antara dunia material dan spiritual.
Secara esensial, Hari Raya Kuningan membawa pesan tentangbkebahagiaan, kesucian, dan perlindungan. Umat Hindu percaya bahwa roh-roh leluhur dan para dewa turun dari surga selama Hari Raya Kuningan untuk memberkati dan mengawasi kehidupan di bumi.
Oleh karena itu, persembahan dan ritual yang dilakukan pada hari ini lebih dikhususkan untuk menghormati kehadiran para leluhur serta memohon perlindungan dan keselamatan.
Baca juga : Hari Raya Waisak Diharapkan Rekatkan Persatuan dan Kesatuan Bangsa
Berikut 5 Tradisi dan Ritual Perayaan Kuningan
1. Sembahyang di Pura dan Merajan
Pada Hari Raya Kuningan, umat Hindu Bali melaksanakan sembahyang di pura-pura, tempat suci keluarga (merajan), dan di rumah masing-masing. Sembahyang ini ditujukan untuk memohon restu, kesejahteraan, dan perlindungan dari para leluhur yang diyakini turun ke bumi pada hari tersebut. Sembahyang dilakukan dengan menggunakan canang sari (persembahan bunga) yang disertai dupa, dan biasanya dilakukan pada pagi hari karena diyakini bahwa roh leluhur hanya berada di bumi sampai siang hari.
2. Persembahan Khusus dengan Nasi Kuning
Salah satu elemen khas dalam perayaan Kuningan adalah penggunaan nasi kuning dalam persembahan. Nasi kuning dianggap sebagai simbol kebahagiaan dan kesucian, serta menjadi representasi keberkahan yang diberikan oleh leluhur. Nasi kuning disajikan bersama lauk-pauk serta persembahan lainnya seperti buah-buahan, bunga, dan janur yang dihias indah.
3. Tamiang dan Endongan
Persembahan Kuningan juga melibatkan dua ornamen utama, yaitu tamiang dan endongan.
Baca juga : Menag: Nyepi Melatih Bakti dan Peduli
- Tamiang adalah hiasan berbentuk lingkaran yang terbuat dari daun kelapa muda (janur) yang dianyam. Tamiang melambangkan perlindungan dan penghalang dari kekuatan jahat. Bentuknya yang melingkar juga melambangkan roda kehidupan dan keseimbangan spiritual.
- Endongan adalah kantong kecil yang juga terbuat dari janur dan diisi dengan beras dan kelapa sebagai simbol bekal untuk perjalanan spiritual di alam setelah kematian. Endongan juga merepresentasikan bekal kehidupan yang harus selalu dipersiapkan oleh manusia untuk menghadapi masa depan.
4. Penjor dan Hiasan Khas
Sama seperti pada perayaan Galungan, masyarakat Bali memasang penjor, yaitu tiang bambu yang dihiasi dengan daun kelapa, buah-buahan, dan hasil bumi lainnya sebagai bentuk persembahan dan penghormatan kepada Sang Hyang Widhi. Penjor melambangkan kemakmuran, keselamatan, dan kehidupan yang sejahtera.
5. Pertunjukan Wayang Kulit dan Barong
Tradisi lain yang tak terpisahkan dari Hari Raya Kuningan adalah pertunjukan seni seperti wayang kulit dan barong. Wayang kulit menceritakan kisah-kisah mitologis dan moral, yang bertujuan mengajarkan nilai-nilai kehidupan kepada masyarakat. Sementara Barong, yang melambangkan kekuatan baik, tampil dalam bentuk tari-tarian yang penuh dengan makna simbolis tentang perjuangan antara kebaikan dan kejahatan.
Filosofi Kehidupan dalam Perayaan Kuningan
Hari Raya Kuningan mengandung nilai filosofi yang dalam tentang keseimbangan hidup. Umat Hindu Bali diajak untuk selalu menjaga hubungan yang baik dengan leluhur dan alam semesta, serta mengingatkan pentingnya menjalani kehidupan dengan kebaikan dan kebajikan. Momen ini juga menjadi ajang refleksi untuk memupuk kedamaian batin dan memelihara hubungan harmonis antara dunia sekuler dan spiritual.
Dalam konteks masyarakat Bali yang sangat kental dengan tradisi dan spiritualitas, Hari Raya Kuningan memiliki peran penting dalam menjaga identitas budaya dan mengingatkan mereka akan asal-usul serta nilai-nilai leluhur yang harus dilestarikan. Melalui perayaan ini, generasi muda juga diajarkan untuk menghargai warisan budaya dan tradisi nenek moyang yang kaya akan makna dan kebijaksanaan.
Sumber :Susanti, Desy. 2008. Makna dan Tata Cara Upacara Kuningan dalam Agama Hindu (Studi Kasus di Pura Agung Tirta Bhuana Bekasi).